DINASTI ABASIYAH
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELKANG
Dinasti Abbasiyah yang memerintah setelah Dinasti
Umayyah adalah dinasti terlama dalam sejarah peradaban Islam – sekitar lebih
dari 5(lima) abad- juga dinasti yang mengantarkan Islam pada masa golden
age nya. Namun demikian, tidaklah dapat dipungkiri bahwa pemerintahan Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kompleks
sekompleks permasalahan politik yang melandanya. Permasalahan politik yang
dimaksud adalah terjadinya kudeta, pemberontakan bahkan pembentukan dinasti-
dinasti baru. Awalnya, Abbasiyah merupakan pemimpin tunggal didaerah Asia,
sedangkan di Eropa dibawah kepemimpinan Umayyah- Andalus, dan Mesir dibawah
kepemimpinan Fatimiyah[1].
Pembahasan ini mencoba untuk memahami perkembangan islam masa dinasti Abbasiyah.
Yang mana penyebab keruntuhan Bani Abbasiyah adalah faktor internal, dan ini
adalah penunjang paling ekstrim dibandingkan dengan faktor eksternal[2].
2.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang mempengaruhi runtuhnya atau
hancurnya daulah bani abbasiyah ?
2.
Tujuan
Masalah
1. Agar mahasiswa/I memahami tentang Daulah
Bani Abbasiyah ?
2. Agar mahasiswa/I mengetahui apa saja
yang mempengaruhi kemunduran atau keruntuhannya Bani Abbasiyah ?
BAB II
DAULAH BANI ABBASIYAH
Berdirinya Abbasiyah
Kekuasaan dinasti bani abbas, atau khilafah
abbasiyah, sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti bani umayyah.
Dinamakan khilafah abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini
adalah keturunan al- abbas paman nabi Muhammad saw.
Babak ketiga dalam drama besar politik islam dibuka
dengan peran penting yang dimainkan oleh khalifah abu al abbas (750-754). Irak
menjadi panggung drama terbesar itu. Dalam khutbah penobatannya, yang
disampaikan setahun sebelumnya di masjid kufah, khalifah bbasiyah pertama itu
menyebut dirinya sl-suffah, penumpah darah, yang kemudian menjadi julukannya.
Julukan itu merupakan pertanda buruk, karena dinasti yang baru muncul ini
mengisyaratkan bahwa mereka lebih mengutamakan kekuatan dalam menjalankan
kebijakannya.[3]
Ketika berhasil merebut kekuasaan, orang Abbasiyah mengklaim
dirinya sebagai pengusung konsep sejati kekhalifahan, yaitu gagasan Negara
teokrasi, yang menggantikan pemerintah sekuler (Mulk) Dinasti Umayyah.
Kesuksesan Abbasiyah meraih kursi kekhalifahan
dikarenakan kepiawaian mereka dalam melihat situasi dan kondisi yang ada.
Abbasiyah berhasil mengumpulkan pendukung dari berbagai kalangan yang mayoritas
merasa “ tersakiti” oleh kebijakan Umayyah, baik bernuansa keagamaan- Syiah-
atau dari kelompok Mawali yang merasa ditekan dengan adanya pungutan pajak.[4]
Dinamika Intelektual
Kemenangan tentara Islam pada masa Al- Mahdi dan Al-
Rasyid atas orang Bizantium, musuh lama Islam, memang telah membuat tenar
periode itu. Begitu pula kehidupan mewah yang menjadi tren pada masa itu, juga
dikenal dalam sejarah dan fiksi, tapi yang membuat periode itu sangat terkenal
adalah kemunculan gerakan Intelektual dalam sejarah Islam, sehingga dikenal
sebagai kebangkitan terkenal dalam seluruh sejarah pemikiran dan budaya.[5]
Perkembangan intelektual masa Abbasiyah terlihat
dengan jelas dengan terbentuknya jaringan keilmuan yang kuat terutama yang
berhubungan dengan dua sumber Agama, Al- Qur’an dan Hadits, dan semuanya itu
juga tidak luput dari adanya gesekan dengan peradaban lainnya seperti Yunani, India,
dan Mesir.
Factor
Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Berakhirnya kekuasaan dinasti saljuk atas bagdad
ataukhilafah abbasiyah merupaka awal dari periode kelima. Pada periode ini,
khilafah abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan sesuatu dinasti
tertentu, walaupun banyak dinasti islam berdiri. Ada diantaranya cukup besar,
namun yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah abbasiyah, sudah
merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di bagdad dan sekitarnya.
Disamping kelemahan khilafah, banyak factor lain
yang menyebabkan khilafah abbasiyah menjadi mundur, masing- masing factor
tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya :
1. Persaingan antar bangsa
Pembahasan mengenai kemunduran pastilah dilihat dari
2 aspek yaitu eksternal dan internal. Faktor internal keruntuhan atau
kemunduran Abbasiyah, jika ada sesuatu yang bisa menandingi kecepatan luar
biasa para putra gurun arab dalam menaklukkan sebagian besar dunia beradab pada
pertama hijriyah, maka sesuatu itu adalah kemerosotan derastis kekuasaan anak
cucu mereka antara pertengahan abad ketiga dan pertengahan abad keempat.
Adapun factor internal yang dapat menjadi penyebab
kemunduran Abbasiyah sebagai pusat
pemerintahan menurut Akbar S Ahmed ada dalam bukunya Citra Muslim adalah
sebagai berikut:
1. Roda pemerintahan dijalankan dengan
system keluarga.
2. Tidak menerapkan syariah, dalam artian
mereka tidak lagi mengindahkan syariat tentang kehidupan berfoya-foya dan
lainnya.
3. Adanya system komunikasi yang buruk sehingga
tidak mampu mencakup wilayah yang luas.
4. Administrasi keuangan yang kacau balau
dikarenakan amanat baitul mal disepelekan.[6]
Sedangkan factor internal kelemahan atau kemunduran
umat Islam menurut Ahmad Syalabi dalam bukunya Masyakaat Islam adalah sebagai
berikut :
1. Faktor politis sebagai akibat dari
banyaknya aliran dalam islam seperti Bani Hasyim dan lainnya. Dengan kata lain
semangat Ashabiyah muncul kembali.
2. Faktor Agama baik berkaitan dengan
posisi Agama dan Negara atau adanya pertentangan antara akal dan wahyu yang itu
semua terkejawantahkan dengan munculnya aliran keagamaan juga.[7]
Faktor internal lebih banyak berperan sebagai sebab
kehancuran kekholifahan dari pada factor external.Kemungkinan terjadinya
terjadinya desentralisasi dan pembagian kekuasaan di daerah-daerah selalu
mengiringi setiap penaklukan yang dilakukan tergesah-gesah dan tidak
usai.Metode administrasinya yang diterapkannya pun tidak kondusif bagi
penciptaan stabilaitas Negara.
Adapun
factor external kemunduran abbasiyah setidaknya disebabkan oleh 2 serangan dari
luar yaitu perang salib dan serbuan tentara mongol.
Kemunduran
abbsiyah oleh Syeh Muhammad Al khudri, setidaknya disebabkan oleh:
1. Semakin lemahnya tenaga pembela
(Ashabiyah) yang mengawal dan mempertahankannya.
2. Persaingan perebutan yang tidak berhenti
antara Abbasiyah dengan Alawiyah.
3. Jatuhnya nilai-nilai amanat dalam segala
bentuknya.
Poin-poin kemunduran dinasti Abbasiyah di atas
setidaknya mempunyai kesamaan namun yang perlu dipahami bahwa kemunduran islam
dalam suatu dinasti lebih banyak didahului oleh factor internal seperti yang
pernah diperingatkan Nabi bahwa umat islam tidak dapat dikalahkan oleh musuh
kecuali kalau seama mereka berselisih lalu mengundang musuh luar ke dalam rumah
tangga meraka untuk menghancurkan saudara seagamanya yang berlainan aliran[8].
Exploitasi dan pjak berlebihan menjadi kebijakan favorit yang dibebankan kepada
semua rakyat, tak terkecuali.
Akibatnya, muncul disintegrasi
antara kekuatan-kekuatan social dan kelompok-kelompok moral. Seiring lintasan
zaman, darah penaklul telah bercampur dengan darah taklukan, disertai hilangnya
kualitas dan posisi dominan yang mereka miliki. Meniringi hancurnya kehidupan
bangsa arab, hancur pula stamina dan semangat juang meraka. Perlahan-lahan
imperium mereka dikuasai oleh bangsa yang dulu merka taklukkan.
Selain factor-faktor di taas, factor
ekonomi tidak bisa diabaikan. Pembebanan pajak dan pengaturan wilayah-wilayah
provinsi demi keuntungan kelas penguasa telah menghancurkan bidang pertanan dan
industry. Ketika para penguasa semakin kaya rakyat semakin miskin. Kehancuran
ekonomi nasional tentu saja berakibat langsung pada turunnya tingkat
intelektualitas masyarakat dan menekang tumbuhnya pemikiran kreatif[9].
1. Persaingan antar bangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh bani Abbas yang
bersekutu dengan orang – orang Persia.Persekutuan dilatarbelakangi oleh
persamaan nasib padsa masa bani umayyah. Wilayah Abbasiyah pada periode pertama
sangat luas meliputi berbagai bangsa yang berbeda .Mereka semua disatukan
dengan bangsa semit.Kecuali islam pada waktu itu tidak ada kesadsaran yang
merajut elemen – elemen yang bermacam – macam tersebut dengan kuat[10]
akibatnya disamping fanstisme kearaban muncul juga fanatisme – fanatisme
bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu’ubiyah.
Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan
berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem
perbudakaan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai atau
tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abas, mereka
dianggap sebagai hamba. Sistem perbudakan ini telah mempertimbangi pengaruh
bangsa Persia dan Turki. Karenajumlah dan kekuatan mereka yang besar, mereka
merasa bahwa Negara adalah milik mereka; mereka mempuyai kekuasaan atas rakyat
berdasarkan kekuasaan khalifah.
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi
kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi,
karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan
keuatan, stabilis politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah
yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu
kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan
orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia,
pada periode ketiga, dan selanjutnya beralih kepada dinasti Seljuk pada periode
keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu[11].
2. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyah juga mengalami kemunduran
dibidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode
pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang
masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-Mal penuh dengan harta[12].
Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari al-kharaj, semacam bajak
hasil bumi.
Setelah khalifah memasuki periode
kemunduran,pendapatan Negara menurun sementara pengeluaran meningkat lebih
besar. Menurunnya pendapatan Negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya
wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian
rakyat, diperingannya pajak, dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang
memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran
membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat
semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam, dan para pejabat melakukan
korupsi.
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan
perekonomian Negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk
memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah kedua factor ini saling
berkaitan dan tak terpisahkan.[13]
3. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan
kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan
mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme, dan
Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dukenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda
rasa keimanan para khalifah. Al-Manshur berusaha keras memberantasnya. Al-Mahdi
bahkan merasa perlu mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan
orang-orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan tujuan memberantas bidah.
Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum
beriman dengan golongan Zindiq berlajut mulai dari bentuk yang sangat sederhana
seperti polemic tentang ajaran, sampai
pada koflik bersenjata yang menumpahkan darah dikedua belah pihak. Gerakan
al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya
banyak berlindung dibalik ajaran Syi’ah
, sehingga banyak aliran Syi’ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap
menyimpang oleh penganut Syi’ah sendiri. Aliran Syi’ah memang dikenal sebagai
aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan paham Ahlussunnah. Antara
keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa.
Al-Mutwakkil, misalnya, memerintahkan agar makam Husein di Karbela dihancurkan.
Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), Kembali memperkenankan orang Syi’ah
menziarahi makam Husein tersebut. Syi’ah pernah berkuasa didalam khilafah
Abbasiyah melalui Bani buwaih lebih dari
seratus tahun. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir
adalah dua dinasti Syi’ah yang memerdekakan
diri dari Baghdad yang Sunni.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas
padsa konflik antara muslim sdan zinsdiq dan Ahlisunnah dengan Syi’ah saja,
tetapi juga antara aliran dalam islam Mu’tazilah yang canderung nasional
dituduh sebagai pembuat bidah oleh golongan salaf. Perselisihan antara dua
golongan ini dipertajam oleh al-Ma’mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833
M.), dengan menjadikan mu’tazilah sebagai mazhab rewsmi Negara dsan mewlakukan mihnah.
Pada masa al-Mutawakkil (847-861), aliran mu’tazilah dibatalkan sebagai aliran
Negara dan golongan salaf kembali naik daun. Tidak tolerannya pengikut Hambali
itu (salaf) terhadap Mu’tazilah yang rasional telah menyempitkan horizon
intelektual.
Aliran
Mu’tazilah bangkit kembali pada masa dinasti Buwaih. Namun pada masa dinasti
Seljuk yang menganut aliran Asy’ariyyah, penyingkiran golongan Mu’tazilah mulai
dilakukan secara sistematis. Dengan didukung penguasa aliran Asy’ariyyah tumbuh
subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung aliran ini menjadi
ciri utama paham ahlisunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang
tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual islam, konon sampai
sekarang.
Berkenaan
dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:
“Agama
Muhammasd saw seperti juga agama Isa as., terkeping-keping oleh perpecahan dan
perselisihan dari dalam. Perbedaan pendapat mengenai soal-soal abstrak yang
tidak mungkin ada kepastiannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai akhir,
selalu menimbulkan kepahitan yang lebih besar dan permusuhan yang lebih sengit
dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan
pengetahuan manusia. Soal kehendak bebas manusia telah menyebabkan kekacauan
yang rumit dalam Islam.Pensdapat bahwa rakyat dan kepala agama mustahil berbuat
salah menjasdi sebab binasanya jiwa-jiwa berharga”.
4. Ancaman Dari Luar
Apa yang disebutkan diatas adalah factor-faktor
internal. Disamping itu, ada pula factor –faktor eksternal yang menyebabkan
khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. Pertama, Perang Salib yang
berlangsung beberapa glombang atau periode dan menelan banyak korban. Kedua serangan
tentara Mongol kewilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan
oranng-orang kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urbanus
II (1088-1099 M.) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar
semangat perlawanan orang-orang kristen
yang berada diwilayah kekuasaan Islam. Namun, diantara komunitas – komunitas
kristen timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang
Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib itu.[14]
Pengaruh
Salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara mongol. disebutkan bahwa Hulagu
Khan, panglima tentara Mongol,sangat membenci Islam karena ia banyak dipengruhi
oleh orang – orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja – gereja Kristen
berasosiasi dengan orang –orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras
dikantong –kantong ahl al-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan
pusat –pusat Islam, ikut memperbaiki Yerusalem.
BAB III
KESIMPULAN
factor internal yang dapat menjadi penyebab
kemunduran Abbasiyah sebagai pusat
pemerintahan sebagai berikut:
Roda pemerintahan dijalankan dengan system keluarga.
Tidak menerapkan syariah, dalam artian mereka tidak lagi mengindahkan syariat
tentang kehidupan berfoya-foya dan lainnya. Adanya system komunikasi yang buruk
sehingga tidak mampu mencakup wilayah yang luas. Administrasi keuangan yang
kacau balau dikarenakan amanat baitul mal disepelekan.
Dan adapun
yang lainnya seperti halnya persaingan antar bangsa, kemerosotan ekonomi,
konflik keagamaan, ancaman dari luar.
Daftar
Pustaka
Yatim,
badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, 2000. PT Raja Grafindo
Persada, cetakan Ke sebelas).
Hitti
K philip, History of the Arabs, (Jakarta, 2008. PT. Serambi Ilmu
Semesta, cetakan pertama).
Abu
bakar, istianah, Sejarah Peradaban Islam, (malang, 2008. UIN-
Malang Prees, cetakan pertama).
Majdid,
nur kholis, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta, 1984. Bulan Bintang).
Ahmed,
S Akbar, Citra Muslim, (Jakarta, 1992. Erlangga).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar