Iddah dan suasana
berkabung (Aliddah wal ihdad)
“al ‘iddah “ itu dengan
kasrah ‘Ain” ialah suatu nama bagi masa tunggu bagi wanita (istri) untuk
menikah lagi, setelah kematian suaminya dan setelah perceraiannya, baik
iddahnya itu dengan melahirkan atau masa suci dan dengan bulan.
Sedang “al-ihdad”
dengan ha’ tampa titik dan sesudahnya dua alif dal yang diantarai huruf Alif,
yang artinya menurut pengertian bahasa, ialah pencegahan/ larangan. Dan menurut
pengertian syara’/istilah ialah meninggalkan wangi-wangian penghiasan diri
(berdandan) bagi wanita dalam masa iddah, karena kematian suaminya.
عن
المسوربن مخزنة ان شبيعة الأسلمية رضى الله عنها نفست بعد وفاة زوجها بليال فجاءت
الى النبى صلى الله عليه وسلم فاستأذنته أن تنكح فأذن لها فنكحت . (روان البخارى)
Artinya : Dari Miswar bin makhramah (katanya):
sesungguhnya subai’ah Al Aslamiyyah
bernifas (melahirkan) setelah wafat suaminya beberapa malam. Lalu dia datang
menghadap nabi saw., meminta izin untuk menikah lagi. Lalu beliau
mengijinkannya, lalu dia menikah. Diriwayatkan oleh Al-Bukhori.
Al bukhori dan muslim, Abu Dawud, At tirmidzi, An
Nasa’I, ibnu majah, ibnu jarir, ibnu mundzir, ibnu mardawaih meriwayatkan dari
abu salamah bin Abdur rahman , beliau berkata : saya bersama ibnu Abbas dan Abu
Hurairah r.a. didatangi oleh seorang lelaki seraya dia berkata: berilah fatwa
kepada saya tentang seorang wanita yang melahirkan setelah meninggal suaminya
40 hari, apakah dia sudah halal menikah ? kata ibnu Abbas : iddahnya yang
paling lama dari dua masa. Kata saya (Abu
salamah): bahwa ibu-ibu yang hamil itu idahnya hingga ia melahirkan anak dalam
kandungannya. Kata ibnu abbas : itu iddah dalam talaq. Abu salamah bertanya:
bagaimana pendapatmu seandainya ada seorang wanita yang berlangsung masa
hamilnya setahun. Jawab ibnu Abbas; yang paling lama dari pada dua massa
iddahnya itu ? kata Abu Hurairah : saya sependapat dengan anak saudaraku Abu salamah. Lalu ibnu Abbas mengutus
pelayannya yang bernama kuraib ke Ummu salamah menanyakan kepadanya tentang hal
itu. Apakah berlalu masa hamilnya setahun ? dia menjawab : Terbunuhnya suami
Subai’ah al As-lamiyah sewaktu dalam keadaan hamil. Lalu dia melahirkan 40 hari
setelah kematian suaminya itu. Setelah itu dia dilamar orang lalu dia
dinikahkan oleh Rasulullah saw.
٣. عن الشعبى
عن فطمة بنت قيس رضى الله عنها عن النبى صلى الله عليه وسلم : فى المطلقة ثلاثا
ليس لها سكنى ولا نفقة (رواه مسلم )
Artinya: 3. Dari Sya’bi
dari fatimah binti Qais r.a dari nabi saw. Tentang wanita yang ditalaq tiga.
Dia tidak mempunyai hak rumah dan nafkah. Diriwayatkan oleh muslim.
Hadits itu menjadi
dalil bahwa wanita (isteri) yang ditalaq tiga, tidak mendapat jaminan rumah dan
nafkah dari bekas suaminya.
٤. عن ام عطية رضى الله عنها ان رسو لله صلى الله
عليه وسلم قال لا تحذ امراة على ميت فوق ثلاث الا على زوج اربعة اشهر وعشرا . ولا
تلبس ثوبا مصبوغا الا ثوب عصب ولا تنكتحل ولا تمس طيبا , الا اذا ظهرت نبذة من قسط
او اظفار (متفق عليه )
Artinya : 4. Dari Ummu
athiyah r.a (katanya ): sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda : tidak boleh
wanita berkabung atas orang yang mati lebih dari tiga hari, kecuali atas
kematian suaminya selama empat bulan sepuluh hari, tidak boleh dia memakai
pakaian yang diceluk( warna warni) selain kain pembalut, tidak boleh dia
bercelak mata, tidak boleh dia memakai wangi-wangian, kecuali dia suci dari
sebagian haidnya, maka boleh memakai sedikit kayu wangi (qusth), atau dua macam
benda yang wangi (Azhfar). Mutafaq Alaih.
Ummu Athiyah itu
namanya ; nusaibah. Dia seorang sahabat wanita yang mempunyai beberapa hadits
yang diriwayatkan dalam beberapa kitab hadits. Dia mengatakan: bahwa rasulullah
saw. Bersabda : tidak boleh wanita berkabung atas orang mati lebih dari tiga
hari kecuali atas kematian suaminya, boleh berkabung salama 4 bulan 10 hari.
Dia tidak boleh memakai pakaian yang dicelup, kecuali kain pembalut/ pengikat
(seperti kain pita) ‘Ashabun itu ialah kain yang bercorak dari yaman yang
diikat pemintalannya, yaitu dikumpulkan dan diikat kuat kemudian dicelup, lalu
bagian yang diikatnya itu tetap pulih, tidak dikenai celupan itu.
Wanita yang kematian
suami itu tidak boleh mencelak mata, tidak boleh memakai wangi-wangian (harum/
parfum), kecuali dia sudah suci maka boleh menggunakan sepotong kayu wangi.
Dalam kitab An Nihayah, bahwa kayu wangi itu termasuk salah satu macam
wangi-wangian itu, atau dia boleh memakai dua macam benda yang wangi. Hadits
itu diriwayatkan oleh Al Bukhari dan muslim.
Menurut riwayat Abu dawud dan An Nasa’i ada tambahan,
yaitu ‘dia tidak boleh mencelup/ menyemir rambut. Menurut riwayat An nasa’i
juga ada tambahan : dia tidak boleh bersisir rambut. Dalam hadits tersebut
terhadap beberapa masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar